Dua hari setelah itu Bapak memutuskan pergi ke Kota Provinsi. Bukan karena Nenek sibuk bertanya kapan ia menikah, sibuk mengenalkan anak gadis siapalah, sibuk berceloteh kenalan manalah. Bukan karena itu. Esok pagi-pagi setelah acara lingku'an di rumah Sohbat, Mamak menitipkan surat kepada Bapak, isinya pendek saja, hanya dua kalimat, "Berhentilah mengangguku. Aku mohon." Meski pendek, Bapak versi muda tertegun lama menatap surat itu. Bapak berkemas. Ia memutuskan berangkat menuju Kota Provinsi, kembali merantau, membawa pergi puing hatinya. Tidak sempat pamit pada Sohbat, tidak banyak penjelasan pada Nenek. Hanya Wak Yati yang mengantar ke stasiun kampung, memeluknya, berbisik, "Kau tahu Syahdan, hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu.